Prof. Caspar George Carl Reindwart mungkin tidak menyangka jika kota Buitenzorg di masa kini adalah kota yang sesak dan riuh. Dua ratus dua tahun silam, Reindwardt mencetuskan gagasan untuk mendirikan kebun botani kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Hari ini, di tengah hiruk-pikuk kota Bogor sebagai penyangga Jakarta, Kebun Rayanya tetap menjadi oase hijau yang menenangkan dan menyenangkan.
Entah sudah kali ke berapa saya berkunjung ke Kebun Raya, tetapi buat Roland, ini adalah kunjungan pertamanya ke sebuah kebun tua. Roland tinggal di Cilacap dan selama tiga hari menyambangi saya di Jakarta, saya didaulatnya jadi pemandu wisata. Alih-alih ke mal yang sejuknya buatan, saya mengajaknya menyesap kesejukan yang alami sekaligus belajar sejarah.
Kami turun di Stasiun Bogor, lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Sebenarnya jika malas berjalan jauh, dari depan stasiun puluhan supir angkot sudah menawarkan diri.
“Kebon Raya? Sok..” ucap mereka dalam bahasa Sunda. Mereka tahu kalau ada yang membawa ransel dan agak clingak-clinguk di depan stasiun, pastilah orang-orang ini wisatawan.
Berjalan kaki sampai ke dalam kebun adalah opsi yang pas. Hari itu kami sudah tiba di Bogor jam sekitar jam setengah 9. Anginnya masih sejuk dan matahari belum terlalu tinggi. Dari Stasiun Bogor, kami berjalan ke kiri, melewati Katedral Bogor, lalu berbelok ke kanan mengitari pinggiran kebun.
Buitenzorg, kota istirahat
Buitenzorg mungkin rasanya jauh dari pelafalan “Bogor” yang sekarang jadi nama resminya. Kata “Buitenzorg” sendiri memiliki arti kota tanpa kesibukan, atau tempat istirahat.
Ketika VOC sukses membangun Batavia yang sekarang kita kenal dengan nama Kota Tua, orang-orang Inggris tidak suka dengan kota itu. Agustus 1811, pasukan Inggris mendarat di Pantai Cilincing dan dengan cepat mereka menguasai Batavia tanpa perlawanan berarti. Ketika pasukan Belanda Napoleon menyatakan takluk dan Inggris mulai mengambil alih pemerintahan, Raffles memilih Buitenzorg sebagai kediamannya.
Batavia yang lokasinya di pinggir pantai adalah tempat yang subur untuk malaria berkembang. Udaranya panas dan lembab, hal yang dibenci orang-orang Eropa yang tinggal di benua empat musim. Buitenzorg adalah alternatif yang amat baik. Lokasinya cuma terpaut sekitar 50 kilometer ke selatan dan sudah tersedia jalan yang menghubungkan Batavia ke Buitenzorg lewat Meester Cornelis.
Kebun di halaman istana pun ditata dan dipercanti. 18 Mei 1817 diresmikanlah Kebun Raya Bogor dengan nama Lands Plantentuin te Buitenzorg.
Sekarang, luas area Kebun Raya Bogor mencapai 87 hektar.
Berjalan kaki mengitarinya butuh waktu seharian. Beruntung di masa kini pengelola Kebun Raya menyediakan sarana transportasi berupa mobil keliling. Tapi saya pribadi lebih menyenangi berjalan kaki atau kadang-kadang menyewa sepeda.
Tak jauh dari pintu masuk utama di depan Gapura Suryakancana terdapat jalan aspal nan mulus. Di samping kanannya ada kolam buatan yang sudah didandani dengan cantik. Di ujung jalan, sebelum tikungan terselip sebuah pekuburan Belanda. Usia pemakaman ini lebih tua daripada Kebun Raya. Sekarang tembok di sekeliling makam sudah dirobohkan sehingga kesan seramnya semakin berkurang.





Teman-teman saya sering bertanya. Tiap ada waktu selow ke Kebon Raya mulu, nggak bosen apa?
Saya jawab: tidak pernah dan tidak akan pernah.
Berjalan kaki di bawah kanopi hijau, lalu duduk menggelar tikar sambil menyantap nasi bungkus dan rujak, dan diakhiri dengan tidur siang, itu adalah sensasi surgawi.
Berwisata, bertetirah, dan berelaksasi tidaklah mahal.
Kebun tua di selatan Batavia hingga kini menyediakan semua fasilitas itu buat kita.
ini kalau orang tidak tau dikiranya makam makam di eropa gitu ya om..
apalagi pengambilan gambarnya agak pas sore atau musim hujan gitu..
seru pastinya..
Iyaaa, mirip2 d eropa, tp jaman jadul mas hahaha.
Cuma kl ujan dan gelap agak spooky sih
kapan yah ke KRB lagi, penasaran sm makam belandanya 🙂
Kalau main ke Jkt, sisan singgah ke KRB mas
sip sip
Keren.
Kalau ke Bogor, jangan lumpa mampir ke kebun raya, mas 🙂
Aaasssiiiaaappp, Mas. Jangan lupa mampir di cerita-cerita saya. Hehehe.
Yang masuk rekomendasi untuk dikunjungi setelah Kebun Raya Bogor adalah saudaranya Kebun Raya Cibodas.
Lebih sejuk, lebih luas, dan lebih “unik” lanskapnya
Saya belum pernah nih mas ke Cibodas, soalnya dari Bogor masih jauh, kudu naik angkutan lain lagi.
Buat camping memungkinkan ga sih 😅
Sepertinya enak, deket di pusat kota ga usah jauh-jauh ke gunung.
Atau, kebun raya bikin penginapan semacam glambing gitu mungkin menyenangkan sekali 😅
Ndak boleh kemping mas di KRB, soale sore juga ditutup.
nek penginapan ada mas, di bangunan belandane. Cuma aku gak tau regone piro.
Waa, kalau boleh kemping sih aku pasti kemping ke kebon raya haha
Jalannya adem dan sejuk, mirip di komplek lipi tanggerang 😁😁
Btw sekarang tiket masuknya berapaan mas anto?
Di Tangerang komplek lipinya belah mana mas? Belum pernah nemu ni.
Skrg tiket masuk KRB 15 ribu mas. Kalau wisman 26 ribu.
di kebun propinsi puspitek mas 😀 , komplek puspitek
wah masih terjangkau nih kalu 15 rb