Sumatra Overland Journey!
Pengantar:
Perjalanan, adalah hal mutlak yang pasti dialami setiap orang. Perjalanan dari waktu muda ke waktu tua, dari hari ini ke hari esok juga dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, berapa banyakkah dari kita yang menikmati perjalanan itu? Kerasnya kehidupan terkadang membuat orang lupa bahwa hidup sejatinya adalah sebuah perjalanan yang wajib dinikmati, bukan melulu soal tujuan. Perjalanan itulah yang membuat kita kaya, kaya akan pengalaman yang kelak membuka wawasan kita dalam berpikir.
Berangkat dari sebuah doa singkat, “Tuhan, aku pengen bisa pergi ke tempat yang membuatku mengucap syukur” yang terucap bertahun-tahun silam, kini doa itu menjadi nyata, sebuah kesempatan untuk pergi ke pelosok barat Indonesia diberikan secara cuma-Cuma oleh sang Pencipta Agung.
Pertemuan Pertama
Sebelumnya, aku nggak bisa Bahasa Inggris, ya sekalipun bisa hanya bisa sekedar mendengar dan paham, tapi kalau suruh bicara jelas gagap dan merinding! Hari Minggu, 8 September 2013 aku mendapat kesempatan melayani sebagai Worsip Leader di ibadah sore Gereja Baptis Indonesia Anugerah (GBIA) yang terletak di Jl. Sudirman 67 Yogyakarta. Ibadah dimulai pukul 17:30, tapi aku sudah tiba di Gereja sejak pukul 16:30. Karena menunggu, aku memutuskan untuk nongkrong di depan Gereja.
Ada sesosok Bule yang mengendarai motor Mio dan mendekat ke arah papan penunjuk Gereja. Terlihat kebingungan, ia menghampiri aku dan bertanya kapan jam ibadah dimulai. “Eemmm, the service will be started at 5:30pm,” jawabku tergagap-gagap. Ketika ibadah selesai, kami bertukar nomor handphone dan aku mengajaknya untuk hadir di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) yang digelar setiap Selasa di Atmajaya.
Setiap minggu kami selalu bertemu untuk hadir di PMK dan juga kebaktian di Gereja. Singkat cerita, karena berhobby sama yaitu suka jalan-jalan maka kami menjadi klop dan mengagendakan rencana perjalanan setiap weekend, dari dalam kota Yogya hingga ke luar provinsi.
Setelah lima bulan, si bule Jerman yang bernama Johannes Tschauner itupun kembali ke Jerman untuk bekerja dan melanjutkan studinya. Berkat pertemanan kami selama lima bulan, aku menjadi lancar berbahasa Inggris dan juga kini menjadi anggota dari Couchsurfing dan rutin hampir setiap bulan melayani traveler dari berbagai bangsa untuk melihat indahnya Yogyakarta.
#SumatraOverlandJourney
Perjalanan Lintas Barat Sumatra, itulah judul yang kami buat untuk perjalanan 30 hari menejelajah salah satu pulau terbesar di Nusantara. Awalnya, kami tidak tahu menahu kemana harus pergi, naik kendaraan apa dan berapa budget yang harus kami tentukan. Kami menyetujui rencana pergi ke Sumatra saat bulan Maret 2015 dimana Johannes kala itu sedang berada di Nepal dan aku sendiri di Yogyakarta.
Singkatnya, kami memutuskan untuk bertemu di Medan pada 25 Juni 2015. Setelah itu barulah kami menyusun agenda perjalanan kedepannya. Bermula dari Medan, kisah kami diwarnai sedikit kekecewaan, namun perlahan perjalanan kami berubah menjadi perjalanan super asyik!