
Dari Perbukitan Menoreh, Kami Belajar Arti Hidup
Jam telah menyentuh pukul satu dini hari. Delapan anak tergopoh-gopoh memasuki rumah seraya kedinginan, kelaparan, dan kelelahan akibat hujan-hujanan di lapangan kecamatan. Simbah yang telah tertidur jadi terbangun. Tak tega melihat kedelapan anaknya kedinginan, ia pun melupakan kantuknya, bergegas ke dapur, membuat perapian, dan memasak mie rebus untuk kami berdelapan.
Lanjutkan membaca “Dari Perbukitan Menoreh, Kami Belajar Arti Hidup”