Perjalanan ke Titik Nol

Pulang ke rumah di saat usia sudah menginjak seperempat abad menyajikan nuansa yang berbeda.  Dulu waktu awal kuliah di Yogya, saya tidak terlalu memikirkan soal pulang. Kalau ada waktu senggang, pulang. Jika tidak, ya tidak usah. Toh ngapain capek-capek di jalan dan buang ongkos.  Tapi, ketika waktu telah membawa saya naik status dari mahasiswa ke kelas pekerja, pulang tak lagi jadi aktivitas yang dilakukan kalau … Lanjutkan membaca Perjalanan ke Titik Nol

Tentang Sejoli Tua yang Murah Hati

Ketika saya masih bekerja sebagai tim promosi di kampus, setiap perjalanan dinas ke luar kota pasti menginap di hotel. Tapi, sekarang keadaannya telah berbeda. Bekerja di lembaga non-profit membuat anggaran perjalanan dinas mesti dikemas sebijak mungkin. Hotel bukan pilihan pertama. Jika ada rekanan yang bisa memberi tumpangan, itulah yang diutamakan.  April yang lalu, saya bersama dua rekan kerja pergi berdinas ke Surabaya. Dinas kali ini … Lanjutkan membaca Tentang Sejoli Tua yang Murah Hati

Yang Paling Berharga dari Hidup di Rumah Kos

 

Saya tidak pernah menyangka 4,5 tahun yang dihabiskan di Jogja dampaknya begitu besar. Nyaris setahun setelah lulus dan merantau ke Ibukota, Jogja tak pernah bisa lepas dari memori. Dalam tiap tarikan napas sebelum tidur atau kala melamun, cerita tentang Jogja selalu muncul di benak. Terlalu banyak kisah manis yang pernah dikecap di kota ini. Lanjutkan membaca “Yang Paling Berharga dari Hidup di Rumah Kos”

Bukan Kampung Halaman, Tapi Temanggung Selalu Memanggil Pulang

 

Kalau ada yang bertanya “kamu ini orang mana?” jujur, aku bingung menjawabnya. Secara geografis, aku lahir dan menghabiskan hidup selama 18 tahun di Bandung. Kemudian, selama 4,5 tahun aku hijrah di Jogja dan sekarang hampir setahun tinggal dan menyatu dengan ritme kehidupan di Jakarta. Lanjutkan membaca “Bukan Kampung Halaman, Tapi Temanggung Selalu Memanggil Pulang”

Cerita Tentang 3 Sahabat

Layar ponselku menyala. Tampak sebuah pesan masuk di grup LINE.

“Gw udah beres interview, katanya sih keputusan malam ini,” tulis Iko.

Pesan itu disambut dengan balasan-balasan pertanyaan lainnya dariku dan seorang lainnya bernama Yoses. Hari itu, Iko baru saja menyelesaikan tahapan interview yang menentukan ke mana hidupnya akan menuju setelah lulus jadi sarjana. Satu hari berselang, Iko pun diterima bekerja. Ia harus segera berkemas pindah dari Bandung, kota yang mempertemukan dan membesarkan persahabatan kami bertiga.

Lanjutkan membaca “Cerita Tentang 3 Sahabat”