Cerpen: Kisah Kasih dari Sidareja

Jam setengah delapan. Di kota, jam segini belumlah tergolong malam, tapi tidak dengan di Sidareja. Hilir mudik manusia semakin jarang. Kodok-kodok dari sawah semakin banter terdengar. Setelah dua belas jam berdagang, ditariklah tirai besi yang menandakan toko kelontong Roland selesai bertransaksi.  Roland adalah kawan baikku, seorang pria sintal bermata sipit, warga keturunan yang telah bergenerasi menetap di tanah Ngapak. Delapan tahun lalu, aku berkawan dengannya … Lanjutkan membaca Cerpen: Kisah Kasih dari Sidareja

Sebuah Amplop (Lagi) dari Jerman

 

Minggu kemarin (24/9), saya menerima sebuah pesan Whatsapp dari seorang kerabat di gereja. “Ada surat buatmu dari Jerman,” katanya. Saya mengernyit. Sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dulu dari Johannes Tschauner (Jo), sahabat saya yang berada di Jerman kalau dia akan mengirimkan sepucuk surat ke Indonesia. Lanjutkan membaca “Sebuah Amplop (Lagi) dari Jerman”

Mengapa Harus Membeli kalau Tidak Butuh?

Hari itu Minggu sore. Seorang bocah lelaki menghampiriku dengan baju sedikit basah karena kehujanan. Di tangan kanannya, dia memegang dua kemasan tissue, sedangkan tangan kirinya menggenggam plastik hitam besar yang isinya barang-barang jualannya.  Lanjutkan membaca “Mengapa Harus Membeli kalau Tidak Butuh?”

Natal: Sebuah Perjalanan Pulang

Semenjak kuliah, aku jarang pulang ke rumah saat Natal tiba. Dengan alasan hemat ongkos, aku memilih berdiam di kost dan mengerjakan aktifvitas lain, toh orang tua juga tidak menuntut aku untuk pulang. Tapi, kini setelah aku bekerja, pemikiranku berubah. Jika dahulu pulang sebagai sesuatu yang opsional, kini pulang adalah kerinduan. Lanjutkan membaca “Natal: Sebuah Perjalanan Pulang”