Sumatra Overland Journey (8) |Ganja di Tanah Syariat

Sebuah baliho besar bertuliskan “Anda Memasuki Kawasan Syariat Islam” terpampang besar tatkala angkutan yang kami naiki bersiap memasuki kota Takengon. Sebelumnya kami berangkat dari Banda Aceh dan membutuhkan waktu nyaris sepuluh jam untuk tiba di Takengon. Berhubung waktu itu adalah bulan Ramadhan, hampir di tiap jam kendaraan kami selalu singgah di masjid-masjid kecil.

Lanjutkan membaca “Sumatra Overland Journey (8) |Ganja di Tanah Syariat”

Trowulan, Jejak Bisu Pudarnya Majapahit

Lima seri buku tentang Gajah Mada sudah tuntas kubaca, tapi bukan puas yang kudapat, malah sebuah rasa penasaran. “Sebesar apa sih Majapahit itu?” gumamku. Jika aku ingat-ingat kembali pelajaran sejarah dulu, Majapahit selalu disebutkan sebagai kerajaan Hindu termashyur, tak hanya di Jawa bahkan katanya terkenal hingga di Asia. Majapahit jugalah yang kelak menjadi cikal-bakal dari berdirinya Nusantara modern yang kini kita kenal dengan nama Indonesia.

Lanjutkan membaca “Trowulan, Jejak Bisu Pudarnya Majapahit”

Memburu Halimun Pagi Tanah Priangan

Bagi seorang pekerja kantoran, tanggal merah di hari Senin adalah suatu sukacita yang amat besar. Akhir pekan yang lebih panjang satu hari itu adalah momen yang amat berharga untuk dilewatkan begitu saja. Alih-alih melewatkan hari libur dengan tidur lebih lama, aku memilih untuk bangun lebih awal dan memburu halimun pagi yang tentu saja mustahil untuk ditemukan di tengah padatnya Jakarta.

Lanjutkan membaca “Memburu Halimun Pagi Tanah Priangan”

Teluk Penyu: Paduan Antara Samudera dan Masa Lalu

 

Siang bolong nan panas tidak menyurutkan niatku untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Hempasan ombak dan aroma pantai adalah obat yang manjur untuk memanjakan mata yang sehari-harinya berkutat di depan laptop. Destinasi yang kutuju hari itu adalah pantai Teluk Penyu, sebuah pantai berpasir hitam yang konon katanya menyimpan cerita-cerita misteri.

Lanjutkan membaca “Teluk Penyu: Paduan Antara Samudera dan Masa Lalu”

Kereta Api Serayu, 16 April 2017: Kenikmatan Perjalanan di Atas Gerbong Ekonomi

Momen senja baru saja berlalu. Semburat jingga di langit telah tertutup oleh gelapnya malam. Dari kejauhan, sorot lampu yang terpancar lokomotif semakin mendekat. Lama-lama makin terang dan suara gesekan antara besi dengan besi pun semakin terdengar. Puluhan penumpang yang tadinya duduk-duduk santai jadi bergegas menyiapkan diri. Kereta yang akan mengantar mereka menuju Ibukota akan segera datang. Lanjutkan membaca “Kereta Api Serayu, 16 April 2017: Kenikmatan Perjalanan di Atas Gerbong Ekonomi”

Bertemu Oma Tilly: Walau Tak Dapat Melihat, Tapi Masih Mau Menulis

Selalu saja ada hal menarik dari pekerjaan sebagai editor. Tulisan-tulisan yang masuk ke redaksi setiap harinya beraneka-ragam seperti sepiring rujak buah. Ada tulisan yang manis mengaharukan tapi ada juga tulisan yang kecut dan harus membuat si editor garuk-garuk kepala. Lanjutkan membaca “Bertemu Oma Tilly: Walau Tak Dapat Melihat, Tapi Masih Mau Menulis”

Melewatkan Tengah Malam Bersama Pak Gojek

Jam sudah lewat tengah malam dan aku masih berkeliaran di jalanan Jakarta yang masih belum sepi juga. Badan ini lelah, ingin segera tiba di kos. Sudah tujuh jam lebih aku terjebak macet di jalan tol.  Supaya cepat, lebih baik naik Gojek saja deh, pikirku. Lanjutkan membaca “Melewatkan Tengah Malam Bersama Pak Gojek”

Apa Nikmatnya Seharian Bekerja Hanya di Depan Komputer?

 

Aku hampir tidak percaya kalau saat aku menuliskan cerita ini, ternyata sudah lebih dari empat bulan kulalui di Jakarta. Perlahan tetapi pasti aku pun larut dalam rutinitas khas ibukota—masuk pagi, duduk berjam-jam di hadapan layar komputer, pulang, dan itu berlanjut setiap harinya sembari berharap akhir pekan datang lebih cepat. Lanjutkan membaca “Apa Nikmatnya Seharian Bekerja Hanya di Depan Komputer?”