Tahun 2017, di sebuah kosan yang pengap, panas, dan induk semangnya bawel bukan main, terbersit ide untuk membunuh bosan dengan bercerita. Tapi, cerita ke siapa? Tanyaku sambil menangis kesepian di depan speaker butut yang kuboyong dari Jogja.
Pergi merantau ke Jakarta berarti melepas segala ikatan yang pernah terbangun dengan teman-teman di habitatku sebelumnya (Bandung dan Jogja). Tak mungkinlah setiap hari mengajak satu per satu mereka bertemu atau menelepon. Mereka pasti risih, sudah lelah dilibas penatnya kerja. Keluarga pun agaknya tak jadi opsi karena memang secara emosional, dulu aku tidaklah dekat.
Muncullah ide untuk membangun sebuah blog. Pikir-pikir-pikir, ya sudah, tidak ada salahnya mencoba. Alih-alih pakai nama sendiri, kucoba membeli domain custom dan kurakit sebuah frasa yang tergabung dari dua kata “Jalancerita” yang makna sederhananya adalah jalan-jalan dan bercerita. Aku suka jalan-jalan tapi butuh tempat bercerita, maka lahirlah blog ini.
Awal-awal muncul, tulisanku masih amburadul. Yang baca pun hampir tidak ada. Tapi, pelan-pelan dari sinilah aku menjumpai arena hidup yang baru. Satu per satu kawan bermunculan, mereka yang tertarik dengan perjalanan naik kereta api ekonomi, juga kuburan-kuburan kuno di Jakarta. Berangkat dari bertukar komentar di blog, berlanjut jadi kawan di media sosial, dan lestari menjadi kawan di dunia nyata.
Namun, lima tahun ke belakang memang perubahan dunia berlangsung amat masif. Kita menghadapi digitalisasi yang melesat kencang. Lama-lama konten tulisan mulai kehilangan daya pikatnya. Orang bergeser menuju audio-video yang lebih menghibur karena seluruh indera dimanjakan tanpa perlu repot-repot berimajinasi dan memelototkan mata. Satu per satu kawan yang dulu kukenal dari platform ini pun gugur. Ada yang telah menutup blognya, ada yang secara de facto masih ada blognya tetapi sudah berdebu karena tak ada lagi konten-konten baru, tapi… ada pula segelintir yang bertahan, konsisten menyemai untaian kata di tengah dunia yang berubah.
Tahun 2022 tak banyak konten yang kutulis di sini. Upayaku lebih banyak bergeser pada membuat video dari perjalanan soliterku mengendari motor berkeliling Pulau Jawa, yang kuunggah pada saluran YouTube bernama Jalancerita juga.
Tetapi, konten tulisan sejatinya tetaplah berbeda dari konten lainnya.
Jauh sebelum dunia audio-video mewarnai hidup kita, dunia literatur telah eksis lebih dulu dan bertahan selama ribuan dekade. Ia melestarikan pemikiran-pemikiran filsuf-filsuf akbar, para nabi pilihan. Gerakan-gerakan revolusioner pun lahir dari untaian kata yang tertulis pada lontar, papirus, ataupun kertas. Gerakan ini makin masif pasca mesin cetak Gutenberg ditemukan dan setelahnya lanskap dunia terus berubah. Dari bacaan yang tak mampu bersuara audibel, kita dituntun untuk melihat dunia, untuk melatih imajinasi kita, melatih otak kita bersenandung dengan suara yang otentik, yang hanya bisa kita maknai sendiri.
Oleh karenanya, izinkan aku membuka 2023 dengan membangkitkan kembali lahan ini. Sebuah blog usang yang menjadi loka tetirah buatku pulang, menyuarakan isi hati dan pikiran, serta berjumpa dengan kawan-kawanku yang gemar menikmati cerita sebagai bagian dari merayakan hidup.
Deo gratias.

Mas Adit kujumpai di 2017 di Ereveld Menteng Pulo saat aku berjumpa dengan Gara, penulis dari blog mencarijejak.com. Dari pertemuan itu, pertemenan kami lestari di dunia maya dan nyata.
Halo mas Ary, salam kenal ya. Aku gak sengaja terdampar di blog ini menjelang akhir tahun lalu kalo gak salah pas nyari info soal kereta api. Abis itu aku suka baca2 blog mas Ary karena enak dibaca dan menghibur 🙂 Kalo gak salah mas Ary juga aktif menulis di salah satu situs rohani kan ya? Tulisan masnya keren juga di situs tsb. 🙂
Jadi cuman mau bilang supaya mas Ary teruslah ngeblog dan terus menulis. 🙂 Semangat ya 🙂
Betull kak! Wahhh mendeteksi jg tulisanku d tmpt lain wkwk
Salam kenal yaa kak
Sama2. Soalnya ada nama masnya di situs tsb 😁
Selamat tahun baru Ary 🙂 aku salah satu dari beberapa orang yang merasa kalo blog aku udah jadi sarang laba-laba saking lamanya gak menulis ..
Keep sharing ya Ry 🙂
Thank you mas!
Bisa kenal mas gegara blog nih walaupun kita blm pernah ketemu onsite yaa 🙂
Aku kemaren ke Jakarta, tp gak kepikiran meet up sama Ary. Kalau meet up sama Gara aku sudah pernah. Ary jakarta dimananya? Yuk meet up
Tetap semangat nulis Ary,jangan pernah bosan yaa.
Siappp mbak! Semangat buat kitaa
halo mas ary, salam kenal.
saya penikmat tulisanmu kalau ga salah sejak 2017. berawal dari cari2 info soal setting kursi di kereta eh trus kok nagih bacanya, soalnya walau saya ga ikut jalan2 tapi berasa jadi ikut pelesiran juga. lanjut baca terus sampe 2019 masih rajin intip blog mas ary ini. pas 2020 lalu emang banyak skip karna ya banyak peristiwa hidup yg terjadi di masing2 kita ya biar tetep hidup haha.. tapi des 2022 lalu tiba2 keinget sm blog ini dan maraton bacain tulisan mas ary di 2020 sampai 2022 kemarin.
tulisan2 mas ary ga cuma hore-hore jalan2 aja, tapi banyak pesan dan makna tersirat ttg hidup. seringkali tuh saya selesai baca tulisan mas ary ngerasa hati penuh gitu diisi banyak hal2 positif dan ngademin, ga jarang jg jadi senyum2 juga apalagi kalau bahas jogja karna kebetulan saya jg dulu kuliah di jogja dan selalu betah disana.
saya yakin yg ngerasa dapet banyak hal positif abis baca tulisan mas ary juga banyak banget. jangan stop nulis di blog ini ya mas ary, karna tulisan2 mas ary dari dulu sering jadi “teman rehat” saya kalau lagi penat diguyur kerjaan yg nambah terus hehehe.. sukses dan sehat terus ya mas ary, ditunggu terus tulisan2nya yaaa
Halo Mbak Filnes, duh saya terharu bacanya.
Makasih ya mbak apresiasinya. Senang banget kalau tulisan saya bisa menghibur dan menginspirasi 😊😊
Sehat-sehat selalu yaaa mbak 🙏
saya yang malah beneran makasih mas ary masih ngelanjutin nulis sampe saat ini. makanya selesai baca tulisan ini saya langsung pengen comment setelah sejak 2017 jadi silent reader haha.. seringkes2nya tulisan mas ary pasti tetep ada pesan positifnya.
oiya saya jg jadi tontonin youtube mas ary touring, cuma tetep lebih suka baca tulisannya hehehe..