Ada angka-angka kuanggap keramat, yang selalu kuingat dalam otakku: plat nomor kendaraanku, tanggal wisuda, tanggal aku pindah ke Jogja, dan salah satu lainnya ialah tanggal lahirku.
Empat belas Mei lalu, angka usiaku menanjak satu, 27 tahun. Karena tanggal keramat itu jatuh di hari lebaran kedua, Jakarta sepi dan hening, kantorku pun libur. Tidak ada kejutan tiup lilin yang tiba-tiba disodorkan di meja kerjaku. Yang kulakukan cuma pergi sebentar ke Gereja Theresia di Menteng, mendaraskan doa, lalu kembali pulang menyepi di kantorku.
Kali ini adalah ulang tahunku yang kelima di Jakarta. Jika ditanya sampai kapan akan berada di Jakarta, aku tak tahu jawaban pastinya. “Ya, selama masih dikasih kesempatan di sini, ya dijalani,” begitu kata hatiku. Namun, menjalani apa yang ada di depan mata itu tidak selalu gampang.
Sejak pandemi merebak, pemikiran tentang mau dibawa ke mana hidup ini seperti badai yang makin kencang dalam otak. Kuceritakan pergumulan ini dalam diskusi dengan beberapa kawan. Hasilnya: bukan cuma aku sendiri yang mengalami. Rekan-rekan sebaya di usia 25 ke atas pun sudah pada ketar-ketir akan ke mana arah hidup ingin dibawa. Di jenjang usia inilah kami menyaksikan bagaimana kawan-kawan seperjalanan merayakan pencapaian-pencapaian mereka. Ada yang telah menikah dan beranak cucu, ada yang telah meraih posisi signifikan di ladang pekerjaannya, ada yang begitu bangga dengan grafik-grafik investasinya, ada pula yang merasa lebih plong karena telah pergi meninggalkan Jakarta dan menata hidup di kota yang lebih bersahaja.
Sedangkan aku, jawaban dari mau di bawa ke mana hidup ini terasa masih mengambang.
Sebentar, apakah ada yang salah dengan jawaban yang terasa mengambang itu? Aku bergumam dalam hati.
Syahdan, teringatlah olehku sebuah homili yang disampaikan oleh seorang pandhita agama Buddha ketika aku menghadiri upacara pemberkatan nikah kawan karibku. “Kita ini hidup mengarungi lautan samsara.”
Jika hidup kita ibarat sebuah kapal yang sedang mengarungi lautan, tentu yang dibutuhkan ialah kapal perlu tetap mengapung, mengambang. Jika air masuk, maka karamlah kapal yang kita naiki. Tamatlah sudah perjalanan kita sebelum tiba di tujuan.
Mengambang. Itu kata kunci.
Di tengah kehidupan yang laksana lautan luas tak terbatas, apa saja bisa terjadi. Sakit mendadak padahal sudah jaga kesehatan seprima mungkin. Musibah kecelakaan padahal kita sehari-hari cuma bengong di rumah. Semua adalah keniscayaan. Dalam dunia yang telah rusak sedari kejatuhan manusia dalam dosa, rupa-rupa kemalangan selalu mengintai kita setiap saat. Tetapi, apa pun yang terjadi, janganlah itu masuk ke dalam lambung kapal kita. Tetaplah mengambang agar kapal kita bertahan sampai ke tujuan akhir.
Di usia 27, aku sadar bahwa kadang kita tak melulu tahu akan apa yang kelak terjadi. Pun, kadang pula kita tak akan meraih prestasi seperti yang diraih oleh orang lain, dan itu bukanlah masalah.
Yang menjadi masalah ialah ketika kita membiarkan kapal kita bocor oleh segala pergumulan dunia.
Aku percaya arah perjalanan yang sedang kutempuh saat ini telah mengarah pada tujuan yang benar selama aku menyerahkan kendali pada Sang Nakhoda Agung yang oleh sabda-Nya Dia sanggup menenangkan badai terkuat sekalipun.
Angka 27 adalah sebuah tengara, sebuah periode yang perlu diberi arti. Ketika orang-orang bilang bahwa umur segini sudah seharusnya bisa meraih ini dan itu, itu tidaklah salah, malah justru baik untuk memiliki tujuan yang terukur dalam hidup: semisal ingin kredit rumah, punya mobil, menikah, dan lainnya.
Tapi, yang tak kalah baiknya pula ialah memahami bahwa memberi arti pada hidup tak cuma sebatas pada apa yang mampu dilihat mata dan digapai dengan materi.
Sepanjang setahun ke depan, kuingin memberi arti pada hidupku dengan sekuat tenaga melakukan apa pun yang dijumpai tanganku untuk kukerjakan. Biarkan aku melakukan bagianku dengan setia, dan Mukhalisku melakukan bagian-Nya.
Tugasku adalah berusaha, tugas-Nya adalah menyertai.
Dalam penyertaan-Nya, aku dicukupkan.
Dalam perlindungan-Nya, kapalku akan ditibakan-Nya kelak pada tujuan yang mulia.
Selamat ulang tahun Ari, sukses selalu dan sehat 🙂
Thank you mas!
Happy birthday,wish you all the best.
Makasih mbak!