Ada Apa di Gunung Puntang?

Tujuh tahun lalu, saya sering menghabiskan hari Sabtu bersama teman-teman sekelas di Gunung Puntang. Dari Kota Bandung, kami berangkat saat matahari baru bersinar, mengendarai sepeda motor sembari menahan angin dingin yang menerpa tubuh.

Sampai di sana, yang kami lakukan adalah membuka bekal yang sudah kami siapkan dari rumah. Ada yang membawa nasi kuning, telur goreng, dan roti. Lalu, kami bersama-sama menyantapnya di atas bebatuan Sungai Cigeureuh sambil mengobrol ngalor-ngidul. Kami baru beranjak pergi saat pengunjung-pengunjung lain berdatangan.

Setelah lulus SMA, pindah ke luar kota untuk kuliah, dan bekerja, saya tidak pernah lagi ke Gunung Puntang. Barulah di pertengahan Desember kemarin, terbersit ide mengajak rekan sedivisi di kantor untuk melakukan acara kebersamaan di Gunung Puntang. Saya coba tanya-tanya ke Mbah Google dulu, siapa tahu ada info-info menarik yang tidak saya ketahui tentang Puntang.

Dari penelusuran itu, saya mendapati ada sebuah villa yang disewakan tepat di bawah pos masuk Gunung Puntang. Villa itu berada di kompleks Taman Bouganville Gunung Puntang. Saya coba kontak, tanya-tanya harga dan fasiltas. Rekan sekantor merasa oke dengan villa tersebut. Berangkatlah kami ke Gunung Puntang.

Santap pagi di Sungai Cigeureuh, Februari 2011

Taman Bouganville

Taman yang berisikan beberapa villa dan kolam renang ini sejatinya sudah sering saya lalui tiap kali ke Gunung Puntang dulu. Tapi, dulu tidak pernah ada pikiran untuk menyambanginya. Ngapain juga anak SMA sewa vila. Setiap kali ke Gunung Puntang, saya langsung tancap gas ke atas, menuju area bumi perkemahan dan Sungai Cigeureuh.

Taman Bouganville ini tampak indah. Dari pelataran parkir, kami disambut dengan bunga-bunga bouganville berwarna ungu yang sedang mekar-mekarnya. Bunga-bunga itu berguguran ke lantai. Kang Jaka, pengelola taman tersebut lalu mengantar saya dan teman-teman masuk ke Villa Kenanga yang kami pesan.

Ada beberapa villa yang tersedia di sini. Kami memilih Villa Kenanga karena ukurannya yang paling pas. Tim kami berempat, dan villa ini berkapasitas lima orang. Fasad villa tampak sedap dipandang. Bangunannya dibuat dari kayu, dicat berwarna coklat. Ada dua balkon, yang satu menghadap ke arah hutan, dan satunya lagi menghadap ke taman berumput hijau. Di belakang villa tumbuh pohon-pohon khas hutan hujan yang tinggi menjulang. Suasananya terasa begitu tenang. Soal biaya, sewa villa ini rasanya tidak terlalu mahal. Harganya 780 ribu (untuk 5 orang), sudah termasuk sarapan pagi, air panas, kayu bakar, dan tiket masuk.

Selain villa, Taman Bouganville juga sedang menggarap taman bunga. Tapi, waktu kami datang taman ini belum rampung. Ada dua kolam renang di sini. Satu kolam terletak di dekat kafe, dan kolam lainnya yang lebih besar lokasinya ada di dekat sungai. Air kolam super jernih dan segar. Tidak pakai kaporit karena airnya langsung berasal dari Sungai Cigeureuh. Saya tidak sempat memotret kolam yang bawah karena cuaca tengah hujan.

Wana Wisata Gunung Puntang: Puncak Mega, Curug Siliwangi, dan Sungai Cigeureuh

Di mana ada gunung, di situ pasti ada puncak. Titik tertinggi dari Gunung Puntang yang berketinggian 2.223 meter adalah Puncak Mega. Pendakian hingga ke puncak memakan waktu 3 hingga 8 jam. Di trek yang dilalui, pendaki bisa menjumpai Curug Siliwangi. Tujuh tahun lalu saya pernah menjajal trek ini, tapi tidak berhasil sampai ke Curug karena banjir bandang dan longsor.

Meski tidak bisa meraih puncak, Gunung Puntang masih punya spot eksotik lainnya. Buat saya pribadi, Sungai Cigeureuh adalah tempat paling ngangenin dari Gunung Puntang. Sungai yang berhulu di Curug Siliwangi ini memiliki aliran air yang deras, jernih, dan dingginnn. Mencelupkan kaki pagi-pagi ke sini membikin urat-urat terasa beku. Suara aliran airnya menenangkan jiwa.

Tapi, saya agak kecewa saat datang ke sini. Sekarang, seiring dengan naiknya tren swafoto, dibangun spot-spot foto yang menurut saya mengurangi keindahan alami dari alam yang dari sananya sudah tercipta indah.

Gunung Puntang, April 2011
Gunung Puntang, Desember 2018

Dari Taman Bouganville ke Sungai Cigeureuh dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 20 menit. Jaraknya kurang lebih 1 kilometer. Kita perlu membayar retribusi masuk ke Perhutani sebesar 20 ribu rupiah per orang. Sama seperti tujuh tahun lalu, jalan menuju bumi perkemahan di Gunung Puntang masih berbatu. Jika berjalan di pagi hari, sinar mentari menyusup di antara celah-celah kanopi hijau.

Kolam cinta dan reruntuhan pemancar radio

Naik sedikit dari tepian sungai, terdapat sebuah padang rumput nan luas. Di sini terdapat sebuah reruntuhan kolam yang oleh warga setempat dinamai Kolam Cinta. Apakah dahulu pernah ada kisah cinta sehidup semati di sini? Tidak. Nama Kolam Cinta diambil lantaran bentuk kolamnya menyerupai “love”, tapi ujungnya sudah rusak. Kolam ini tidak terawat. Kadang terisi air, kadang juga kering.

Kolam Cinta dulunya adalah sebuah kolam dari Stasiun Radio Malabar. Stasiun ini didirikan Belanda pada tahun 1917. Kalau melihat dokumentasi fotonya di sini, bangunan stasiun tampak megah dan indah. Tapi, usia stasiun pemancar ini tidak lama. Kala agresi militer Belanda terjadi, para pejuang Bandung menghancurkan stasiun ini. Sekarang yang tersisa hanyalah puing-puingnya saja.

View dari Kolam Cinta 2018
Reruntuhan Kolam Cinta, Februari 2011

Cerita sejarah ini menarik. Tapi, sayang karena tidak tersedia papan informasi yang jelas. Saya rasa, inilah yang masih menjadi salah satu kelemahan dari pariwisata lokal kita. Pengunjung datang tanpa mengenal. Syukur-syukur kalau pengunjungnya datang dengan membawa pengetahuan yang dia dapat dari browsing-browsing dulu. Kalau tidak, ya mereka tidak akan kenal tempat yang mereka kunjungi. Yang ada nanti hanya sekadar selfie-selfie lalu pulang.

7 pemikiran pada “Ada Apa di Gunung Puntang?

  1. Salah satu hal yang selalu saya bayangkan dari Gunung Puntang adalah tentang stasiun radio legendarisnya di jaman Belanda itu. Kebayang khan seandainya bangunan itu masih ada dan terjaga, meskipun fungsinya bukan lagi sebagai stasiun radio, pasti cakep. O iya, sama saya juga agak khawatir nih dengan trend wisata di Gunung Puntang akhir-akhir ini, di mana pengembangannya justru bisa merubah pesona asli alamnya.

    1. Kalau hari-hari libur panjang biasanya rame.
      Kalau hari biasa, sepi, paling-paling pramuka aja sih yang ke sini.

      Lokasinya yang di selatan masih tidak begitu dilirik sama turis Jakarta hehehe.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s