Bepergian menaiki bus ekonomi itu selalu menyajikan kisah tersendiri. Banyak pengamen, banyak pedagang, kabin bus yang tidak ber-ac, dan waktu tempuh yang lebih lama adalah bumbu penyedap yang senantiasa menyertai sepanjang perjalanannya.
Kesan itulah yang menemani perjalanan saya selama 14 jam melintasi selatan Jawa Barat. Di akhir pekan bulan Februari 2017, saya hendak pergi ke Sidareja, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Cilacap. Jika jaraknya diukur dari peta, sebenarnya tidak jauh-jauh amat. Hanya sekitar 300 kilometer. Namun, medan yang nanti dilalui bukan lintasan lurus, melainkan jalanan berliku-liku karena membelah pegunungan Priangan.
Terminal Kalideres, sebelum kisah nestapa dimulai
Pukul empat sore, saya sudah tiba di terminal Kalideres. Menjelang malam, bus-bus AKAP dengan tujuan Jawa Tengah sudah tersedia di posisinya masing-masing. Untuk perjalanan kali ini, saya akan menaiki bus Gapuraning Rahayu, sebuah perusahaan otobis (PO) asal Ciamis yang merajai lintas Jakarta-Cilacap. Sebenarnya, selain Gapuraning, terdapat PO-PO lainnya yang juga melayani di lintasan ini, seperti Doa Ibu, Damri, Murni Jaya, dan Kramat Djati. Di antara semua PO tersebut, Gapuraning adalah bus dengan jam berangkat paling awal: pukul 17:30.
Di atas bus, saya gagal mendapatkan posisi hot seat karena sudah keduluan oleh penumpang lain. Alhasil, saya duduk agak di belakang. Sedari naik di atas bus, feeling sudah berkata tidak enak. Pasalnya, bus yang kali ini saya naiki bukanlah bus AC, melainkan bus ekonomi tua yang kondisi kabinnya kumuh. Kursi-kursi sudah terlihat dekil, sampah bungkus permen berceceran di bawah kursi, dan tentunya udaranya pengap karena ada penumpang yang merokok. Ingin rasanya turun dan mencari bus lain, tapi niat ini saya urungkan karena saat akhir pekan, besar kemungkinan bus-bus lain akan penuh juga.

Setelah menanti sekitar satu jam, bus terisi penuh oleh penumpang yang hampir semuanya berbahasa Jawa dengan logat ngapak.
Pukul 17:15, bus diberangkatkan dari terminal dan menyusuri kawasan Daan Mogot yang macet parah. Seraya bus berjalan lambat, kondektur menagih karcis. Untuk perjalanan dengan fasilitas seadanya itu, penumpang membayar 75 ribu. Lebih mahal daripada tiket KA Serayu yang harganya 67 ribu.
Di bulan Februari 2017 yang lalu, jalan tol Cipularang sempat tertutup bagi kendaraan besar karena sedang dilakukan perbaikan struktur di jembatan Cikubang. Akibatnya, bus-bus dan truk harus memilih dua alternatif: memutar via Purwakarta, atau melalui jalur Puncak yang jalannya berkelok-kelok.
Sejak bus keluar dari terminal, kemacetan parah tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Menjelang jam delapan malam, bus masih terjebak di tol dalam kota. Sembari membunuh waktu, saya membuka Google Maps dan ternyata seluruh ruas tol malam itu berwarna merah pekat. Macet total. Dari Jakarta hingga Bekasi sangat padat. Akhirnya, memasuki kawasan Cawang, supir bus membelokkan kemudi ke arah selatan menuju Jagorawi. Artinya, bus akan menuju Cilacap melewati Bogor dan Cianjur.
Nestapa dimulai
Baru lima menit selepas bus melalui gerbang tol Cibubur, tiba-tiba mesin bus mati mendadak. Bus berhenti di tengah jalan dan seketika mobil-mobil di belakang membunyikan klakson. Berulang kali, supir dan kenek berusaha menghidupkan mesin. Brrummm, akhirnya mesin kembali menyala dan bus melaju. Tapi, laju bus sangat aneh. Mesinnya seperti tersendat sesuatu. Hanya beberapa meter dari lokasi berhenti tadi, bus kembali berhenti di bahu jalan. Kali ini, mesinnya mati sempurna. Dicoba puluhan kali, tak ada tanda mesin mau menyala.

Nasib apes menimpa saya dan 40-an penumpang lainnya. Di pinggir jalan tol Jagorawi, kami semua terdampar tanpa tahu jam berapa akan berangkat kembali. Supir bus berusaha menelpon kantor PO dan menjelaskan tentang keadaan. Dia juga coba menelpon rekan-rekan supir bus lainnya, bilamana masih terdapat kursi kosong untuk mengangkut kami yang terlantar.
Namun, usaha itu hampir sia-sia. Ada tiga bus Gapuraning lainnya yang melintas, tapi tak ada satupun yang berhenti karena kursi sudah terisi penuh. Satu jam berlalu, penumpang mulai emosi dan mereka menuntut uang ganti. Tapi, supir dan kenek menolak mengembalikan uang secara utuh. Mereka mengembalikan uang sebesar 20 ribu saja, entah apa pertimbangannya.
Jam setengah sebelas, ada satu bus Gapuraning yang melintas dan berhenti. Karena penumpang sudah lelah, mereka merangsek masuk ke dalam bus walau kursi-kursinya sudah terisi penuh. Sekitar 25 penumpang berhasil masuk ke dalam bus itu. Sisanya, termasuk saya, kembali menanti bus selanjutnya. Barulah jam sebelas, ada bus Gapuraning tujuan Karangpucung yang melintas. Beruntung, saya mendapatkan duduk. Sementara 10-an penumpang lainnya terpaksa duduk lesehan di lantai bus.
Dongkol rasanya. Setelah ditelantarkan tanpa kejelasan di pinggir tol, di atas bus baru yang kami naiki ini, penumpang malah ditagih uang tambahan sebesar 5 ribu. Katanya karena bus yang kami naiki ini ber-ac, sedangkan bus awal yang kami tumpangi tidak ber-ac. Beberapa penumpang kembali mengomel, tapi tak mampu berbuat lebih karena kondisinya sudah lelah dan ingin cepat sampai.
Jalur menuju Cilacap
Baik bus Gapuraning maupun bus-bus lainnya yang menuju kawasan selatan Jawa Barat dan Cilacap akan menggunakan rute lintas selatan. Dalam rute normal, selepas Jakarta mereka akan memasuki Tol Cikampek, Cipularang, dan keluar di Cileunyi. Kemudian melintasi Nagreg-Malangbong-Cihaeurbeuti-Banjar-Majenang dan seterusnya.
Saat bus melaju di jalan tol sih kesannya nyaman-nyaman saja karena jalanannya lurus dan tidak bergelombang. Namun, selepas Cileunyi, bus akan melibas jalanan pegunungan yang berkelok-kelok. Bagi yang mabuk perjalanan, sangat disarankan untuk mengantisipasinya dengan minum obat anti mabuk atau memilih duduk di kursi bagian depan.
Perjalanan saya kali ini menjadi lebih lama karena bus tidak dapat melalui tol. Selepas Tol Jagorawi, bus melaju di jalur Puncak-Cianjur dan barulah sekitar jam dua pagi tiba di daerah Padalarang. Selepas Padalarang, saya tertidur pulas dan baru tersadar kembali saat matahari sudah bersinar cerah dan bus sudah tiba di kawasan Majenang.
Secara total, perjalanan melelahkan kali ini menempuh waktu 14 jam lebih. Berhubung bus pengganti yang saya tumpangi bertujuan akhir di Karangpucung, maka saya harus berganti sepeda motor untuk tiba di Sidareja yang jaraknya masih sekitar 45 menitan perjalanan.
Namun, di balik kisah perjalanan yang penuh nestapa ini, setidaknya ada dua hal yang bisa saya syukuri. Pertama, saya bersyukur karena mesin bus yang mati mendadak itu terjadi hanya beberapa meter setelah gerbang tol. Di dekat gerbang tol, mobil-mobil belum terlalu kencang dan tentunya mereka bisa mengerem dengan sempurna saat bus berhenti mendadak. Tak bisa terbayang jika mesin bus mendadak mati saat bus dipacu pada kecepatan tinggi. Bisa tamat riwayat saat itu juga. Kedua, saya bersyukur karena melalui perjalanan ini, akhirnya ada kisah untuk ditulis, dan kisah itu terwujud melalui tulisan ini.
Di bawah ini, adalah tabel yang sekiranya dapat membantu teman-teman yang ingin bepergian naik bus ke arah selatan Jawa Barat dan Cilacap.
Trayek | Nama Bus | Jam Berangkat* | Harga Tiket* |
Kalideres-Sidareja
Kalideres -Kw.anten Kalideres-Wangon Kalideres-Karangpucung |
Gapuraning Rahayu
Murni Jaya Kramat Djati Damri Merdeka |
Pagi: 05:30-06:30
Sore: 17:30-18:30 |
75.000-95.000 |
Kalideres-Tasik-Banjar | Budiman | Pagi: 05:00-08:00
Sore: 14:00-19:00 |
85.000 |
Kalideres Garut-Singaparna | Karunia Bakti | 05:00 dan 17:00 | 50.000 |
Kalideres-Pangandaran | Budiman
Merdeka Gapuraning Rahayu |
Pagi: 05:00-06:00
Sore: 17:00-18:00 |
95.000 |
Keterangan:
-
- Bus-bus di atas tidak memiliki fasilitas pemesanan tiket. Jadi, pembayaran tiket dilakukan di atas bus
- Tidak ada pemilihan kursi. Siapa cepat dia dapat
- Usahakan datang H-30 menit, atau paling baik H-1 jam supaya mendapatkan tempat duduk (terutama saat akhir pekan)
- Jangan bawa barang berlebih. Kondisi bus yang sempit sangat menyulitkan jika kita membawa barang bawaan yang banyak
- Jangan lupa pipis dulu di terminal. Setelah bis berangkat, bis hanya berhenti sebanyak 1x untuk istirahat (bisa lebih, tergantung supir). Gapuraning berhenti di Nagreg sedangkan Budiman di Tasik
- Selain dari Kalideres, bus-bus di atas juga berangkat melalui Terminal Kampung Rambutan
- Tetap waspada akan tidak kejahatan
- *harga dan waktu berangkat dapat berubah tergantung keadaan
Lintasan | Waktu Tempuh (kurang lebih) |
Jakarta – Cileunyi | 3 jam |
Cileunyi – Nagreg | 30 menit |
Nagreg – Malangbong | 1 jam |
Malangbong-Cihaeurbeuti | 1 jam |
Cihaeurbeuti-Banjar | 1 jam |
Banjar-Karangpucung | 1 Jam |
Keterangan:
- Selepas Cicalengka, jalanan akan berkelok-kelok hingga memasuki Cihaeurbeuti. Bagi yang mabukan, usahakan duduk di depan, atau minum obat anti mabuk.
- Saat ini jalur Lingkar Nagreg dan Lingkar Gentong sudah dioperasikan sehingga waktu tempuh bisa berkurang.
Berarti Bus AKAP Kalideres – Cilacap masuk dari tol yang deket Untar, Central Park y?
Nggak mas/mbak, bus arah Cilacap dari Kalideres langsung masuk Tol Lingkar Luar dari Rawabuaya
Dirimu asli mana to, Ar? Duh jadi kebayang nggak asyiknya terdampar di pinggir jalan tol gitu. Dan daku ada niatan melakukan perjalanan dari Jakarta ke Cilacap nih akhir bulan hahaha.
Aku aslinya Bandung mas (sbnernya aku ya org kturunan Tionghoa jg hahaha). Tapi, kuliah di Atma Jogja, ambil Ilkom. Sekarang aku kerja di Jakarta.
Wahh, ke Cilacap dri Jkt? Saranku mending naik sepur aja. Ada KA Serayu, 67 rb doang nih
Oh gitu, pantesan kok ada beberapa postingan tentang Yogya, rupanya pernah jatuh hati ama Yogya. 😀
Beneran ada ya kereta dari Jakarta-Cilacap? Dari stasiun mana? Kucek di tiket kereta online kok nggak muncul hehehe.
Sampai sekarang masih jatuh hati kok, dan tidak mau move-on hehe. Setiap bulan aku selalu balik Jogja. Pergi Jumat malam dari Jakarta, kembali dari Jogja minggu sore. Senen pagi langsung kerja.
Ini alternatif kereta api kalau mau ke Cilacap:
Dari Gambir
KA Purwojaya (Gambir-Cirebon-Pwt-Kroya-Cilacap) tarif maksnya 400ribu
Eksekutif. Brgkt dri GMR jam 22.00
Dari Pasar Senen
KA Serayu (Jakarta-Bandung-Tasik-Kroya-Pwt)
Jam berangkat ada yang 09.00 dan 21.00
Tarifnya 67.000
Tapi kereta ini gak ke stasiun Cilacap, jadi kalau mau ke CLP harus berhenti di Kroya
hadeuh jadi inget perjalanan bis ke bandung, boro2 bisa merem, yang ada sepanjang perjalanan was2 karena bawa bisnya ugal2an dan suara berdenyit rem atau apalah yang bikin parno, belum lagi jalanan berkelok2 yang bikin penumpang muntah2, aku sih nggak muntah cuma pusing aja wkwkwk
Wkwkwkwk. Iya mas.
Aku sekarang kalau mau naik bis agak ngeri nih. Apa ya, risiko di jalan raya lebih besar ketimbang naik kereta api.
Aku keinget peristiwa Bus Rosin yang nyungsep jurang pas lebaran 2017 lalu di Purwokerto. Kasihan penumpangnya. Nahas.